Pemberitaan mengenai berbagai macam kasus yang belakangan ini semakin marak muncul di media membuat mahasiswa semakin khawatir dengan keadaan negara Indonesia tercinta. Bakan sistem penegak hukum di Indonesia bisa bertengkar, KPK bentrok dengan Kepolisian. Bank, yang merupakan lembaga yang seharusnya menjadi perusahaan paling dipercaya oleh masyarakat malah membuat kita terheran heran dengan munculnya kasus Bank Century, hingga meluas sampai kepada Bank Indonesia dan pemerintahan. Buku Gurita Cikeas, karya George Aditjondro menjadi kontroversi bagi masyarakat tentang pemerintahan saat ini. Bahkan sekarang ini masyarakat bisa makin tidak percaya pada rekan kita sendiri. Alhasil dari semua itu adalah Indonesia sedang mengalami krisis kepercayaan.
Komunitas Musik Fikom (KMF) sebagai salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran merasa terusik dengan isu isu krisis kepercayaan tersebut. Setelah beberapa kali diskusi antar mahasiswa Fikom, dan diskusi dengan Ffwd Records, label musik Independent terkemuka di Indonesia, dan dengan Bandung Blues Society, Club Jazz Bandung membuat kami, Komunitas Musik Fikom merasa harus membuat sebuah pergerakan mahasiswa, bukan dengan demonstrasi atau dengan hal hal yang koersif menggunakan kekerasan, tetapi dengan mengaspirasikannya ke dalam musik.
Pergerakan ini adalah pergerakan yang positif, edukatif, dan menghibur, dengan dukungan dari Universitas Padjadjaran dan komunitas komunitas musik di Bandung. Pergerakan ini kami tuangkan kedalam sebuah music event yang diberi nama “In Music We Trust”. Diharapkan dengan hadirnya pergerakan ini dapat menjadi wadah aspirasi mahasiswa untuk menyuarakan pendapatnya mengenai gejolak yang terjadi di Indonesia melalui musik.
Event yang diadakan Komunitas Musik Fikom pada tanggal 24 Maret 2010 ini terselenggra berkat dukungan dan kerjasama dengan PT. HM. Sampoerna sebagai fasillitator acara dan didukung oleh Korban Kopi sebagai penyedia food and beverages. Event ini dilaksanakan di Jasa Music Motor Venue Jatinangor dan turut mengundang beberapa musisi seperti Efek Rumah Kaca, Gugun and Blues Shelter, dan Coffee Reggae Stone serta didukung oleh delapan band yang berasal dari mahasiswa.
Untuk turut menyaksikan acara ini dikenakan biaya sebesar Rp 15.000 bagi yang membeli tiket di tempat dan Rp 10.000 bagi yang membeli tiket pre sale seminggu sebelum acara berlangsung. Acara yang dihadiri oleh sekitar 1500 orang ini berlangsung semarak dengan penampilan yang memukau serta pesan-pesan yang disuarakan oleh bintang tamu yang mengisi acara ini. Penonton juga terlihat menikmati acara terlihat dari tertibnya acara ini berlangsung.
Acara ini dimulai tepat pada pukul 15.00 WIB, diawalali dengan penampilan dari delapan band mahasiswa. Band dari mahasiswa yang turut berpartisipasi antara lain Autism of Blues, The Bohemians, 24 Hour Service, Abandon All The Suffer, Under The Big Bright Yellow Sun, S.F.L, M-Qubic, Cuddle Pop. Pada pukul 19.00 WIB barulah giliran bintang tamu yang mengisi acara dimulai dari penampilan Gugun and Blues Shelter kemudian Coffee Raggae Stone dan diakhiri oleh penampilan Efek Rumah Kaca.
Semua mahasiswa yang berada di acara terlihat membaur dan menuangkan aspirasi mereka dengan bersama-sama menyanyikan lagu-lagu beserta pendapat ringan yang mereka teriakkan di sela-sela acara berlangsung.
Kendala yang terdapat dari acara ini antara lain adalah kapasitas tempat penyelenggaraan acara yang tidak mencukupi, hal ini terlihat dari masih banyaknya pengunjung yang kehabisan tiket dan tidak bisa mengikuti acara. Waktu memulai acara ini juga merupakan kendala yang berdampak pada tidak berakhirnya acara sesuai dengan yang diharapkan. Lahan parkir yang terbatas juga mengakibatkan kemacetan yang cukup mengganggu jalannya lalu lintas di sekitar tempat acara.